"Dek kenapa anak kucing dan anjing tiap ketemu selalu berantem?" becandaan suamiku sebelum ia pamit tidur padahal hari masih belum terlalu larut kisaran pukul 21:01.
"Yah namanya juga anak-anak Bang. Hahahahaha... Abang itu kalau tebak-tebakan sama aku pasti kalah. Week."
"Iya.. iya abang selalu kalah. Sini abang bisikin." Kudekatkan telinga kiriku pada bibir Abang. Seraya dia ucapkan "Ana uhibbuky, ya habibi*."
"Na'am*. Sebelah kanan juga Bang dibisikin biar tidak iri." Anggukan Abang mengiyakan. "Wahai bidadari surga tersenyumlah untukku malam ini saja." "Gombal,"jawabku sambil manyun. Abang hanya tersenyum menatapku.
Tahu-tahu Abang udah mencium keningku lama banget tak seperti biasanya. Dia juga peluk tubuhku, dibelainya rambut hitamku. "Abang bobok dulu yah."
"Hu'um." Kulangkahkan kakiku keluar kamar, kulanjutkan aktifitas rumah tangga.
Asyik beraktifitas tak terasa ternyata jam dinding menunjukkan pukul 23:00 saatnya kurebahkan badan untuk mengistirahatkan diri. Kupeluk badan Abang yang pulas berada disampingku.
"Yah namanya juga anak-anak Bang. Hahahahaha... Abang itu kalau tebak-tebakan sama aku pasti kalah. Week."
"Iya.. iya abang selalu kalah. Sini abang bisikin." Kudekatkan telinga kiriku pada bibir Abang. Seraya dia ucapkan "Ana uhibbuky, ya habibi*."
"Na'am*. Sebelah kanan juga Bang dibisikin biar tidak iri." Anggukan Abang mengiyakan. "Wahai bidadari surga tersenyumlah untukku malam ini saja." "Gombal,"jawabku sambil manyun. Abang hanya tersenyum menatapku.
Tahu-tahu Abang udah mencium keningku lama banget tak seperti biasanya. Dia juga peluk tubuhku, dibelainya rambut hitamku. "Abang bobok dulu yah."
"Hu'um." Kulangkahkan kakiku keluar kamar, kulanjutkan aktifitas rumah tangga.
Asyik beraktifitas tak terasa ternyata jam dinding menunjukkan pukul 23:00 saatnya kurebahkan badan untuk mengistirahatkan diri. Kupeluk badan Abang yang pulas berada disampingku.